Teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dipakai di Piala Dunia
Seperti yang kita bahas sebelumnya bahwa perkembangan teknologi sekarang ini tak akan lepas dari artificial intelligence (AI) atau dalam bahasa Indonesia adalah "Kecerdasan Buatan".
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah sebuah mesin / platform yang terbuat dari simulasi kecerdasan yang dimiliki oleh manusia dari proses belajar dari pengalaman, menyesuaikan input-input baru dan melaksanakan tugas seperti manusia.
Nah, contoh yang terbaru adalah penggunaan AI di ajang pesta sepak bola Piala Dunia Qatar 2022, yang mulai bergulir bulan November ini. Iya sudah sejak bulan Juli lalu FIFA telah memberikan pengumuman bahwa dalam ajang Piala Dunia Qatar 2022 akan menerapkan teknologi dengan AI yang bertujuan untuk membantu para wasit di lapangan dalam memutuskan seorang pemain terjebak posisi offisde atau tidak.
Teknologi tersebut dinamakan SAOT atau Semi-Automated Offside Technology atau sistem pendukung keputusan semi otomatis. Teknologi ini didukung oleh sebuah sensorik yang ada di bola "Al Rihla" bikinan Adidas tentunya yang dibuat di Indonesia. Bangga dong meskipun Bolanya aja yang ikut Piala Dunia wkwkwk 🙈.
Oke kembali lagi ke pembahasan Artificial Intelligence. Nah, pada bola "Al Rihla" ini terdapat sistem sensorik dan ada 12 kamera yang terpasang di atap stadion. Sistem sensor tersebut akann me-relay posisinya di lapangan 500 kali per detik, sedangan fungsi dari kamera-kamera itu akan menggunakan pembelajaran mesin atau iya sering kita baca juga di pengalaman-edukasi.com ini yaitu menerepakan teknologi machine learning - bertugas mengikuti gerak pemain lewat 29 titik pada tubuh pemain.
Baca Juga : Perbedaan algoritma dan model dalam machine learning
Perangkat lunak akan menggabungkan data ini untuk menghasilkan peringatan otomatis saat pemain melakukan pelanggaran offside (yaitu: saat mereka lebih dekat ke gawang tim lain daripada lawan kedua terakhir mereka dan menerima bola). Nah, peringatan tersebut dikirim ke petugas dalam ruang kontrol, yang kan memvalidasinya dan akan memberik informasi kepada wasit di lapangan keputusan apa yang harus dibuatnya.
Tidak hanya itu, Data dari bangkitan sensor pada bola dan jaringan kamera di atap juga akan digunakan untuk menciptakan animasi-animasi yang ter-otomatisasi, kemudian dapat ditampilkan pada layar di dalam stadion atau siaran televisi. Nah, animasi ini bisa untuk menjelaskan kepada seluruh penonton mengenai alasa dibalik keputusan yang dibuat oleh wasit.
Nah, penggunaan teknologi ini sudah digunakan perdana dan telah menangani kasusnya secara perdana saat tuan rumah Qatar mengahadapi Ekuador. Dimana saat sekitar menit ke 3, Ekuador berhasil mencetak Gol lewat E. Valencia. Namun setelah SAOT mendeteksi dan membangkitkan sensor periangatan tersebut. Maka Gol tersebut dianulir oleh wasit karena sebelum terjadinnya gol pemain dari ekuador sudah ada pada posisi offside.