Dampak Akibat Krisis Serangga Bagi Kehidupan Manusia
Apakah serangga bisa punah ? Lantas jika serangga memang punah apa efek sampingnya bagi kehidupan di Bumi ? Apa dampak yang diperoleh Manusia apabila habitat serangga memang benar-benar punah ?
Dari beberapa pertanyaan diaatas saya akan menjawab secara perlahan dan jawaban ini akan membuatmu prihatin. Namun kita bahas dulu apa sih sebenarnya serangga itu ?
Hewan dengan Populasi Terbesar
Serangg merupakan kelompok hewan yang mendominasi di muka bumi dengan jumlah spesies hamper 80 % dari total hewan di bumi. Dikatakan oleh Araz Meilin dan Nasamir dalam jurnalnya yang berjudul “Serangg dan Perannyan dalam Bidang Pertanian dan Kehidupan”. Bahwa dari 751.000 spesies golongan seranggan, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid atau musuh alami. Namun perlu kalian tau juga bahwa sebagain besar spesies serangga bermanfaat bagi Manusia. Dari 1.413.000 jumlah spesies serangga yang telah ditemukan dan berhasil diidentifikasi oleh pakar biologi, dan lebih dari 7.000 spesies bari ditemukan hamper setiap tahun.
Peran Positif Serangga bagi Kehidupan.
Pada faktanya bahwa serangga juga berperan penting dalam kelangsungan pangan atau tumbuh-tumbuhan bagi manusia. Dalam arti lain serangga juga membantu dalam menjaga kestabilan jarring-jaring makanan. Sebagaian kecil contoh seperti kelompok lebah, belalang, jangkrik, ulat sutera,kumbang, semut dan itu semua berperan membantu manuisa dalam proses penyerbukan tanaman dan menghasilkan makanan Kesehatan.
Adapun beberapa peranan positif peranan serangga seperti,
- Serangga sebagai pollinator atau memperlancar penyerbukan bagi bunga-bunga dan tumbuhan lain yang berbunga.
- Serangga sebagai decomposer atau pengurai
- Serangga sebagai parasitoid fan predator
- Serangga sebagai bioindicator lingkungan
- Dan masih banyak lagi bahkan bagi bidang Kesehatan juga serangga mengambil peranan disini.
Dalam hal ini kita sudah mengetahui ada banyak sekali hal positif yang dibawa oleh serangga, namun ada juga hal negatif. Namun hal negatif dari serangga itu hanya sebagain kecil dari lebih sejuta sepesies serangga di muka bumi.
Dengan habitat atau lebih dari sejuta sepesies serangga apakah bisa punah ?
Hal ini bsia dijelaskan dalam sebuah buku dari Oliver Milman yang berjudul “The Insect Crisis:The Fall of the Tiny Empires That Run the World, sebuah kondisi kronis penurunan tajam serangga dan penyelidikan tentang apa artinya bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
Pada faktanya pada tahun 2019, Biology Conversation melaporkan bahwa 40% dari semua sepesies serangga menurun secara global dan sepertiga dari mereka terancam punah.
Nah, menurut Olivier Milman dalam bukunya mengacu pada”kerajaan kecil” serangga, dan memang ada seseuatu tentang inverbratta ini yang mengganggu harapan kita tentang skala. Kebanyakan serangga individu kecil, tetapi diukur dengan biomassa dan merapa tampak reksasa.
Seperti yang tercatat dalam bukunya juga memberi tahu kita bahwa Inggris selatan menampung 3,5 Juta serangga terbang setiap tahun yang massanya setara dengan 20.000 rusa kutub, dan kawanan capung tumbuh begitu besar sehingga mereka dapat ditangkap radar.
Namun seperti yang dicatat Milman, serangga menurun pada tingkat yang mengkhawatirkan. Terancam oleh berbagai hal yang tidak disadari oleh Sebagian besar Manusia. Seperti Pestisida khususnya jenis Insektisida dan penggunaan lampu listrik yang berlebihan serta perusakan habitat yang mengakibatkan perubahan iklim.
Krisisnya populasi serangga akan berpengaruh besar juga dalam perputan rantai makanan yang selama ini kita pelajari di Pendidikan sekolah dasar.
Oke kita ambil contoh sederhana dari sector pertanian. Serangga di persawahan atau perkebunan memang ada yang menjadi hama namun itu juga hanya sebagaian kecil. Dan Manusia melakukan penyemprotan dengan pestisida khususnya insektisida untuk membunuh ribuan serangga, dan mirisnya bukan serangga hama saja yang terbunuh namun semua jenis serangga disekitarnya bahkan jenis serangga dan bakteri yang menyuburkan tanah juga ikut terbunuh.
Darimana rantai makanan rusak ? Kita ambil kondisi rantai makanan yang sederhana saja.
Tumbuhan/produser -> Serangga Herbivora -> Serangga Predator -> Katak / Tikus -> Ular -> Burung pemakan daging -> decomposer/pengurai
Diatas adalah contoh sederhana rantai makanan sederhana, dalam kasus Manusia menggunakan pestisida berjenis insektisida untuk membunuh serangga yang mengkaibatkan semua jenis serangga entah itu hama, parasitoid,predator,decomposer atau pengurai habis. Maka populasi katak akan menurun, Tikus akan lansung memakan tumbuhan. Populasi katak menurun yang akan mengakibatkan populasi ular juga menurun dan berdampak pada burung pemakan daging menurun.
Bagaimana dengan Tikus ? hewan ini adalah hewan pemakan segalanya, jika tidak ada serangga dia akan makan tumbuhan, dan jika tidak ada serangga predator atau pengurai, populasinya akan meningkat.
Dengan jelas hal ini akan berdampak pada sistem pangan manusia. Bahkan kita sendiri sering tertipu bahwa berjalan di area persawahan, hijau-hijau menghirup udara segar yang pada faktanya hal itu adalah salah.
Karena kita tahu penggunaan pestisida berbahan kimia sangat berbahaya dalam peredaran oksigen di udara. Dengan sedikit kesadaran manusia, bahwa bisa jadi udara di pesawahan saat ini sudah tercemari oleh racun kimia yang dibawa oleh pestisida tersebut.
Contoh lain adalah penggunaan lampu dimalam hari yang berlebihan. Oke, kita tahu bahwa sistem dari tumbuhan adalah jika di siang hari tumbuhan akan mengeluarkan oksigen dan menyerap karbondioksida dan dimalam hari tumbuhan akan melakukan sebaliknya. Dan dengan Lampu-lampu saat ini yang cukup terang akan mengakibatkan tumbuhan akan menganggap itu adalah Matahari maka tumbuhan tidak akan mengeluarkan karbondioksida, dan hal inilah yang mengakibatkan serangga malam hari yang membutuhkan karbondioksida akan kesulitan mempertahankan hidupnya.
Kita tahu saat ini jenis serangga malam hari yang indah yang dulu sering kita temui sekarang sudah jarang sekali kita temui dan bahkan tidak ada, dia adalah serangga kunang-kunang yang berkedip dengan sorot cahaya yang indah.
Oke kita Kembali pada buku daro Oliver Milman. Dia menuliskan dengan memunculkan dunia yang sunyi tanpa serangga, di mana kotoran dan bangkai memenuhi pemandangan dan manusia bertahan hidup dengan makanan pokok yang hambar, seperti beras yang dapat diserbuki oleh angin, Manusia dimasa mendatang akan bertikai lagi bukan soal kekayaan tapi sumber makanan yang kurang.
Dan sekian, mungkin artikel ini akan sulit ditemui orang karena sedikitnya orang yang ingin mendapatkan informasi yang sepeleh dan lebih menikmati hiburan-hiburan semata yang pada dasarnya diluar sana ada kerabat kita sebagai makhluk di Bumi telah terancam keberadaannya.
Semoga bermanfaat dan jangan lupa bernafas dengan udara yang benar-benar segar, tetap Bahagia dalam tautan rasa syukur.
Sumber Referensi :
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0006320718313636
https://www.theguardian.com/books/2022/jan/14/the-insect-crisis-by-oliver-milman-review-strange-and-fragile-beauty